Mbak Sum bermaksud mutusin pacarnya Robby (bule). Akan tetapi dia tdk berani bertemu muka dgn kekasihnya. Mbak Sum menulis surat dgn berbekal pengetahuan English yg pas2an. Berikut isi suratnya:
Hi Robby, together this letter I want to give know you
(Hai Robby bersama surat ini saya ingin memberi tau kamu)
I want to cut connection we
(Saya bermaksud memutuskan hubungan kita)
I have think very cook cook
(Saya sdh pikirkan masak2)
I know my love only clap half hand
(Saya tau cintaku hanya bertepuk sebelah tangan)
Correctly I have see you go with a women entertainment at town with my eyes head alone
(Sebenarnya saya telah lihat kamu pergi dgn wanita penghibur di kota dgn mata kepala saya sendiri)
You always ask sorry back back river
(Kamu selalu meminta maaf ber-ulang2 kali)
Your eyes drop tears crocodile
(Matamu mencucurkan air mata buaya)
You correct correct a man crocodile land
(Kamu benar2 lelaki buaya darat)
So, I cut connection and pull body from love triangle this
(Jadi, saya putuskan hubungan ini dan menarik diri dari cinta segitiga ini)
I have been crying night2 until no more eye water thinking about your body
(Saya menangis ber-malam2 sampai tdk ada lagi air mata memikirkan dirimu)
I don’t want to sick my liver for 2 river
(Saya tdk mau sakit hatiku utk kedua kali)
Safe walk Robby
(Selamat jalan Robby)
Love of your liver
(Kekasih hatimu)
Sumiati Lion on the table
(Sumiati Singodimejo)
diambil dari: humoria.net
INTI DARI BLOG INI ADALAH UNTUK MENYEBARKAN SENYUM ORANG-ORANG.ANDA BISA MEMBACA SECARA GRATIS TANPA MEMBAYAR UANG SEPESERPUN.
Minggu, 17 Oktober 2010
Sabtu, 09 Oktober 2010
ToilET
Ceritanya, kebanyakan orang2 di pabrik yang notabene nya masih udik, belum pernah naik pesawat…singkat cerita berangkatlah 1 kelompok menuju jepang, menggunakan pesawat…dalam perjalanan, ada 1 karyawan yang pengen pipis, karena yang dinaikin itu pesawat singapure airline, ijinlah karyawan tersebut ke koordinator nya (gak ngerti entar kalau nanya pramugarinya )
karyawan : “pak saya mau kencing, dimana wc nya?”
koordinator : “kebelakang aja, ntar ada tulisan toilet, masuk aja”
berjalan lah tuh karyawan ke belakang…
15 menit berlalu, karyawan itu belum kembali ke tempat duduknya…
30 menit, karyawan itu pun masih juga belum kembali…
udah ada sekitar 1 jam, akhirnya koordinator nya menyusul ke belakang, ternyata tuh karyawan masih berdiri didepan toilet..bertanya lah koordinatornya. .
koordinator : “heh, lama bener kencingnya”
karyawan : “penuh pak toiletnya”
koordinator : “emang tau dari mana kalau toiletnya penuh?”
dengan polosnya karyawan itu bilang “itu pak, tulisannya PULL”
Diambil dari: humoria.net
karyawan : “pak saya mau kencing, dimana wc nya?”
koordinator : “kebelakang aja, ntar ada tulisan toilet, masuk aja”
berjalan lah tuh karyawan ke belakang…
15 menit berlalu, karyawan itu belum kembali ke tempat duduknya…
30 menit, karyawan itu pun masih juga belum kembali…
udah ada sekitar 1 jam, akhirnya koordinator nya menyusul ke belakang, ternyata tuh karyawan masih berdiri didepan toilet..bertanya lah koordinatornya. .
koordinator : “heh, lama bener kencingnya”
karyawan : “penuh pak toiletnya”
koordinator : “emang tau dari mana kalau toiletnya penuh?”
dengan polosnya karyawan itu bilang “itu pak, tulisannya PULL”
Diambil dari: humoria.net
Selasa, 22 Juni 2010
murid yg pintar
Teacher: Maria, go to the map and find North America.
Maria: Here it is.
Teacher: Correct. Now class, who discovered America?
Class: Maria.
==========
Teacher: John, why are you doing your math multiplication on the floor?
John: You told me to do it without using tables.
==========
Teacher: Glenn, how do you spell ‘crocodile?’
Glenn: K-R-O-K-O-D-A-I-L
Teacher: No, that’s wrong…
Glenn: Maybe it is wrong, but you asked me how I spell it.
==========
Teacher: Donald, what is the chemical formula for water?
Donald: H I J K L M N O.
Teacher: What are you talking about?
Donald: Yesterday you said it’s H to O.
==========
Teacher: Winnie, name one important thing we have today that we didn’t have ten years ago.
Winnie: Me!
==========
Teacher: Glen, why do you always get so dirty?
Glen: Well, I’m a lot closer to the ground than you are.
==========
Teacher: Millie, give me a sentence starting with ‘I’
Millie: I is..
Teacher: No, Millie…… Always say, ‘I am.’
Millie: All right… ‘I am the ninth letter of the alphabet.’
==========
Teacher: George Washington not only chopped down his father’s cherry tree, but also admitted it. Now, Louie, do you know why his father didn’t punish him?
Louis: Because George still had the axe in his hand.
==========
Teacher: Now, Simon, tell me frankly, do you say prayers before eating?
Simon: No sir, I don’t have to, my Mom is a good cook.
==========
Teacher: Clyde, your composition on ‘My Dog’ is exactly the same as your brother’s. Did you copy his?
Clyde: No, sir. It’s the same dog.
==========
Teacher: Harold, what do you call a person who keeps on talking when people are no longer interested?
Harold: A teacher.
Maria: Here it is.
Teacher: Correct. Now class, who discovered America?
Class: Maria.
==========
Teacher: John, why are you doing your math multiplication on the floor?
John: You told me to do it without using tables.
==========
Teacher: Glenn, how do you spell ‘crocodile?’
Glenn: K-R-O-K-O-D-A-I-L
Teacher: No, that’s wrong…
Glenn: Maybe it is wrong, but you asked me how I spell it.
==========
Teacher: Donald, what is the chemical formula for water?
Donald: H I J K L M N O.
Teacher: What are you talking about?
Donald: Yesterday you said it’s H to O.
==========
Teacher: Winnie, name one important thing we have today that we didn’t have ten years ago.
Winnie: Me!
==========
Teacher: Glen, why do you always get so dirty?
Glen: Well, I’m a lot closer to the ground than you are.
==========
Teacher: Millie, give me a sentence starting with ‘I’
Millie: I is..
Teacher: No, Millie…… Always say, ‘I am.’
Millie: All right… ‘I am the ninth letter of the alphabet.’
==========
Teacher: George Washington not only chopped down his father’s cherry tree, but also admitted it. Now, Louie, do you know why his father didn’t punish him?
Louis: Because George still had the axe in his hand.
==========
Teacher: Now, Simon, tell me frankly, do you say prayers before eating?
Simon: No sir, I don’t have to, my Mom is a good cook.
==========
Teacher: Clyde, your composition on ‘My Dog’ is exactly the same as your brother’s. Did you copy his?
Clyde: No, sir. It’s the same dog.
==========
Teacher: Harold, what do you call a person who keeps on talking when people are no longer interested?
Harold: A teacher.
dia mengaku juga
Ketika sebuah tengkorak manusia purba berhasil diangkat dari lembah Sangiran, kelompok ilmuwan yang meneliti kesulitan untuk menentukan umurnya.
Berbagai tes di laboratorium dilakukan dengan berbagai hasil yang tidak cocok satu dengan yang lainnya. Setelah berjalan enam bulan tanpa hasil, kabar tersebut terdengar oleh pimpinan badan intelijen yang lalu memerintahkan anak buahnya untuk mengambil alih masalah tersebut.
Tiga hari kemudian, dengan bangga ia mengabarkan kepada kelompok ilmuwan tadi bahwa tengkorak itu bernama Phalus Erectus dan umurnya 25.141 tahun 6 bulan 3 hari. Kelompok ilmuwan tersebut heran dan terkagum-kagum.
“Bagaimana anda dapat menentukan nama dan usia tengkorak tersebut sedemikian tepatnya padahal kami sendiri dengan berbagai peralatan canggih tidak memperoleh hasil yang memuaskan?” tanya para ahli tersebut.
Sang perwira dengan bangga menjawab, “Memang anak buah saya sempat memar tinjunya dan tengkorak tersebut tidak kalah parah keadaannya, tetapi akhirnya ia tidak tahan dan mengaku juga.”
Berbagai tes di laboratorium dilakukan dengan berbagai hasil yang tidak cocok satu dengan yang lainnya. Setelah berjalan enam bulan tanpa hasil, kabar tersebut terdengar oleh pimpinan badan intelijen yang lalu memerintahkan anak buahnya untuk mengambil alih masalah tersebut.
Tiga hari kemudian, dengan bangga ia mengabarkan kepada kelompok ilmuwan tadi bahwa tengkorak itu bernama Phalus Erectus dan umurnya 25.141 tahun 6 bulan 3 hari. Kelompok ilmuwan tersebut heran dan terkagum-kagum.
“Bagaimana anda dapat menentukan nama dan usia tengkorak tersebut sedemikian tepatnya padahal kami sendiri dengan berbagai peralatan canggih tidak memperoleh hasil yang memuaskan?” tanya para ahli tersebut.
Sang perwira dengan bangga menjawab, “Memang anak buah saya sempat memar tinjunya dan tengkorak tersebut tidak kalah parah keadaannya, tetapi akhirnya ia tidak tahan dan mengaku juga.”
komentar paijo
Paijo adalah seorang pesuruh di sebuah SMA swasta yang cukup terkenal. Suatu siang, Paijo melihat kerumunan puluhan murid dan beberapa guru di teras ruangan kelas pelajaran Fisika. Dari suara ributnya, mungkin ada kejadian luar biasa di situ. Paijo semula acuh tak acuh, namun akhirnya ia datang mendekat juga karena salah satu guru yang juga wakil kepala sekolah memanggilnya.
Setelah diusut, ternyata ada seorang siswa yang sehabis pelajaran olah raga menendang bola yang seharusnya dia bawa ke gudang. Sialnya bola tadi mengenai kaca jendela nako sampai hancur berantakan.
Dasar sekolah swasta yang sudah terbiasa berdemokrasi, tidak heran kalau guru-guru di situ memberikan komentar atas kejadian tadi. Lagi pula ini berhubungan dengan kurikulum baru yang berbasis kompetensi (KBK) di mana para siswa diharapkan tidak hanya tahu teori tapi juga harus tahu keadaan nyata dalam situasi apapun. Berikut ini adalah dialog dari beberapa guru yang ada di situ.
Wakil Kepala Sekolah: “Bagaimana pendapat atau komentar bapak-bapak guru tentang kejadian tadi ?”
Guru Fisika: “Gerakan bola tadi merupakan contoh dari gerak balistik atau gerak peluru.”
Guru Kimia: “Massa kaca sebelum dan sesudah pecah sama.”
Guru Matematika: “Lintasan bola tadi pasti merupakan kurva melengkung parabola.”
Wakil Kepala Sekolah: “Bagus sekali komentarnya. Bagaimana menurut pak Sugih?”
Pak Sugih yang guru ekonomi menjawab: “Untuk mengganti kaca yang pecah perlu biaya Rp 100.000 pak.”
Wakil Kepala Sekolah: “Itu tidak masalah, kita bisa minta ke orang tua siswa yang menendang bola tadi. Bagaimana menurut Pak Paijo ?”
Paijo kaget setengah mati karena tidak menyangka kalau akan dimintai pendapat atau komentar. Tapi untuk menjaga gengsi, lagi pula dia pernah ikut nguping waktu guru-guru ditatar KBK, Paijo memberikan komentar menurut disiplin ilmunya.
Paijo: “Kalau ditinjau dari disiplin ilmu saya pak, pecahan kaca tadi… eh… anu… menambah pekerjaan saya tapi tidak menaikkan gaji saya pak!”
Wakil Kepala Sekolah: “Pintar juga pak Paijo, ada musibah malah digunakan kesempatan untuk minta naik gaji.”
Setelah diusut, ternyata ada seorang siswa yang sehabis pelajaran olah raga menendang bola yang seharusnya dia bawa ke gudang. Sialnya bola tadi mengenai kaca jendela nako sampai hancur berantakan.
Dasar sekolah swasta yang sudah terbiasa berdemokrasi, tidak heran kalau guru-guru di situ memberikan komentar atas kejadian tadi. Lagi pula ini berhubungan dengan kurikulum baru yang berbasis kompetensi (KBK) di mana para siswa diharapkan tidak hanya tahu teori tapi juga harus tahu keadaan nyata dalam situasi apapun. Berikut ini adalah dialog dari beberapa guru yang ada di situ.
Wakil Kepala Sekolah: “Bagaimana pendapat atau komentar bapak-bapak guru tentang kejadian tadi ?”
Guru Fisika: “Gerakan bola tadi merupakan contoh dari gerak balistik atau gerak peluru.”
Guru Kimia: “Massa kaca sebelum dan sesudah pecah sama.”
Guru Matematika: “Lintasan bola tadi pasti merupakan kurva melengkung parabola.”
Wakil Kepala Sekolah: “Bagus sekali komentarnya. Bagaimana menurut pak Sugih?”
Pak Sugih yang guru ekonomi menjawab: “Untuk mengganti kaca yang pecah perlu biaya Rp 100.000 pak.”
Wakil Kepala Sekolah: “Itu tidak masalah, kita bisa minta ke orang tua siswa yang menendang bola tadi. Bagaimana menurut Pak Paijo ?”
Paijo kaget setengah mati karena tidak menyangka kalau akan dimintai pendapat atau komentar. Tapi untuk menjaga gengsi, lagi pula dia pernah ikut nguping waktu guru-guru ditatar KBK, Paijo memberikan komentar menurut disiplin ilmunya.
Paijo: “Kalau ditinjau dari disiplin ilmu saya pak, pecahan kaca tadi… eh… anu… menambah pekerjaan saya tapi tidak menaikkan gaji saya pak!”
Wakil Kepala Sekolah: “Pintar juga pak Paijo, ada musibah malah digunakan kesempatan untuk minta naik gaji.”
anak yatim
Faqih: Eh… Bet! Mana kalimat yang benar?
A. Anak Yatim itu dipukuli ayahnya.
B. Anak yatim itu dipukulkan ayahnya.
Albert: Pasti . . . Anak yatim itu dipukuli ayahnya dong!!!
Faqih: Salah.
Albert: Apaan dong!!!
Faqih: Nggak ada yang bener, anak yatim mana punya ayah…
Albert: @#$%#@
A. Anak Yatim itu dipukuli ayahnya.
B. Anak yatim itu dipukulkan ayahnya.
Albert: Pasti . . . Anak yatim itu dipukuli ayahnya dong!!!
Faqih: Salah.
Albert: Apaan dong!!!
Faqih: Nggak ada yang bener, anak yatim mana punya ayah…
Albert: @#$%#@
Orang berkaki empat
Kakak: “Dik, coba tebak orang apa yang kakinya empat?”
Adik: “Orang lumpuh Kak…”
Kakak: “Salah…!”
Adik: “Orang aneh…”
Kakak: “Salah…!”
Adik: “Orang apa sich emangnya?”
Kakak: “Orang bilang sich kuda, kucing, anjing, dll.”
Adik: “Yeeeeeeeeeee…!”
Adik: “Orang lumpuh Kak…”
Kakak: “Salah…!”
Adik: “Orang aneh…”
Kakak: “Salah…!”
Adik: “Orang apa sich emangnya?”
Kakak: “Orang bilang sich kuda, kucing, anjing, dll.”
Adik: “Yeeeeeeeeeee…!”
Selasa, 25 Mei 2010
Dikocok Tambah Tegang
Waktu diliat bikin deg-deg an
saat dipegang jadi makin tegang,
habis dipegang dikocok tambah tegang,
akhirnya keluar..
ah ah puas rasanyaa..
akhirnya gue dapet arisan nehh.....
saat dipegang jadi makin tegang,
habis dipegang dikocok tambah tegang,
akhirnya keluar..
ah ah puas rasanyaa..
akhirnya gue dapet arisan nehh.....
Senin, 24 Mei 2010
Teringat Dengan Wajahmu
Matamu indah... sangat bersinar..tiapku bicara... kudengar suara yang merdu... wajahmu... selalu kuingat di hari hariku... sungguh wajahmu mngingatkanku... pada hewan pliharaanku yang telah tiada.
Sapiku Ada Lima
Dinyanyikan dengan nada balonku ada lima
Sapiku ada lima
rupa-rupa warnanya
hitam putih kelabu
yang dua enggak tau
Sapiku hilang empat..aw..
hatiku sangat kacau
sapiku tinggal satu
mukanya kayak kamu
Sapiku ada lima
rupa-rupa warnanya
hitam putih kelabu
yang dua enggak tau
Sapiku hilang empat..aw..
hatiku sangat kacau
sapiku tinggal satu
mukanya kayak kamu
Cubit Pipi Bayar Sejuta
Yaklep bagatal liat perem cantik trus dia bilang, "Ade sa cubit ko pu pipi sekaliiii saja, nanti sa kase ko satu juta rupiah,"
Tadinya si perem marah, tapi stelah pikir-pikir cari uang di jaman skarang susah, skali cubit apalah artinya. "Sa mau tapi kitong sambunyi di balik pohon ehh" kata si perem.
Pas di bawah pohon begini pipi halus itu diberikan, namun sekian waktu pipi mulus itu hanya dibelai-belai. "Ihhhh Capat Sudah!" desaknya.
"Aduh ade sa tra bisa," jawab Yaklep sambil matanya merem-merem.
"Lho Knapa" tanya si Perem. "Sory Sa Lagi Tra Punya Uang,"
Perem: "Ahhhhhh!!!???"
Tadinya si perem marah, tapi stelah pikir-pikir cari uang di jaman skarang susah, skali cubit apalah artinya. "Sa mau tapi kitong sambunyi di balik pohon ehh" kata si perem.
Pas di bawah pohon begini pipi halus itu diberikan, namun sekian waktu pipi mulus itu hanya dibelai-belai. "Ihhhh Capat Sudah!" desaknya.
"Aduh ade sa tra bisa," jawab Yaklep sambil matanya merem-merem.
"Lho Knapa" tanya si Perem. "Sory Sa Lagi Tra Punya Uang,"
Perem: "Ahhhhhh!!!???"
Ikut KB, Tapi Tetap Hamil Juga
Ada Ibu muda periksa kehamilan di Klinik KB
Dokter : "Ibu yang bulan lalu datang periksa KB to...?"
Ibu : "Ia Dok.."
Dokter : "Trus... sekarang ada apa ?"
Ibu : "Saya hamil lagi dok."
Dokter : "Loh..Kok Bisa..., Lalu Obat KB nya yang saya kasih di Minum atau tidak?"
Ibu : "Bagaimana tidak hamil Dok, Obat baru sampe di leher, celana kolor su sampe di lutut..."
Dokter : "Ibu yang bulan lalu datang periksa KB to...?"
Ibu : "Ia Dok.."
Dokter : "Trus... sekarang ada apa ?"
Ibu : "Saya hamil lagi dok."
Dokter : "Loh..Kok Bisa..., Lalu Obat KB nya yang saya kasih di Minum atau tidak?"
Ibu : "Bagaimana tidak hamil Dok, Obat baru sampe di leher, celana kolor su sampe di lutut..."
Pesan Peti Mayat
Ada kepala suku mati, untuk menghargai beliau dong tara bakar tapi dong mau kubur.
jadi dong cari peti ke tukang mebel dong tanya peti satu berapa tukang bilang 1 juta ada yang mura ka.. tukang bilang ada 2 ratusts ribu tapi kaki di luar.
jadi dong cari peti ke tukang mebel dong tanya peti satu berapa tukang bilang 1 juta ada yang mura ka.. tukang bilang ada 2 ratusts ribu tapi kaki di luar.
GAME PUZZLE BARU
selemet anda baru mendapatkan game puzzle baru caranya:lempar hp anda ke temboklalu susun kembali ok ....... trimaksih
Jumat, 14 Mei 2010
Mengapa mencium bau pisang seharian dapat menurunkan berat badan ?
awab : Karena tidak dimakan cuma dicium baunya.
enapa kucing selalu menyembunyikan tahinya dengan pasir?
awabannya : Karena....takut di ambil kamu!!!
Ada tengah tapi nggak ada pinggirnya?
engan malam dan tengah hari, nggak ada dech yang namanya pinggir malam atau pinggir hari.
Gajah Diet
Terjadi percakapan antara bapak gajah dan anak gajah.
Bapak: "Nak, ibumu sangat cantik. Bapak dulu berusaha dengan susah payah merebut hatinya, karena dia selalu jual mahal.."
Anak: "Aku juga cantik kan, Yah?"
Bapak: "Ya, iya dong, kamu mirip ibumu. Lalu, apa yang akan kamu lakukan gadis kecilku bila kamu sebesar ibumu?"
Anak: "Diet, Yah..."
Bapak: "Nak, ibumu sangat cantik. Bapak dulu berusaha dengan susah payah merebut hatinya, karena dia selalu jual mahal.."
Anak: "Aku juga cantik kan, Yah?"
Bapak: "Ya, iya dong, kamu mirip ibumu. Lalu, apa yang akan kamu lakukan gadis kecilku bila kamu sebesar ibumu?"
Anak: "Diet, Yah..."
Kambing Hanibal
Seekor kambing jantan dan betina ada dikandang terpisah oleh pagar besi milik seorang saudagar kambing. Si kambing jantan itu sedang naksir berat sama kambing betina dan dia ingin mengawini si betina tersebut,tapi apalah daya pagar tinggi membentang diantara mereka.
Kambing jantan bernama Hanibal dan betinanya bernama Rinrin, dan merekapun lalu berbicara berdua tentang sesuatu hal demi cinta mereka:
Hanibal : "Aku cinta kamu Rinrin."
Rinrin : "Akupun juga cinta kamu, Hanibal..."
Hanibal : "Sayang ada pagar besi yang menghalangi cinta kita."
Rinrin : "Kalau memang cinta,kamu harus lompat pagar sayang."
Hanibal : "Baik kekasihku,aku akan melompat sekarang juga."
Hanibal lalu ambil ancang ancang melompati pagar dari besi berujung lancip.Dan segera dia melompat ke kandang sebelah. Dan sesampainya di kandang sebelah,Hanibal meringis sakit:
Rinrin : "Akhirnya kamu berhasil juga Hanibal sayangku."
Hanibal : "Kamu jangan panggil aku Hanibal lagi, cukup Hani..."
Rinrin : "Memang kenapa bisa begitu Hanibal...?"
Hanibal : "Itu karena "bal"ku nyangkut di ujung besi itu."
Rinrin : "?????"
Kambing jantan bernama Hanibal dan betinanya bernama Rinrin, dan merekapun lalu berbicara berdua tentang sesuatu hal demi cinta mereka:
Hanibal : "Aku cinta kamu Rinrin."
Rinrin : "Akupun juga cinta kamu, Hanibal..."
Hanibal : "Sayang ada pagar besi yang menghalangi cinta kita."
Rinrin : "Kalau memang cinta,kamu harus lompat pagar sayang."
Hanibal : "Baik kekasihku,aku akan melompat sekarang juga."
Hanibal lalu ambil ancang ancang melompati pagar dari besi berujung lancip.Dan segera dia melompat ke kandang sebelah. Dan sesampainya di kandang sebelah,Hanibal meringis sakit:
Rinrin : "Akhirnya kamu berhasil juga Hanibal sayangku."
Hanibal : "Kamu jangan panggil aku Hanibal lagi, cukup Hani..."
Rinrin : "Memang kenapa bisa begitu Hanibal...?"
Hanibal : "Itu karena "bal"ku nyangkut di ujung besi itu."
Rinrin : "?????"
Kelelawar Beda Jurusan dengan Tikus
Malam itu di sebuah got ada seekor ibu tikus dan seekor anak tikus, Mereka sedang mengobrol di pinggir got.
Anak tikus melihat seekor kelelawar terbang di atasnya dan kemudian bertanya pada ibu tikus.
"Ibu, apa itu yang di atas?"
Sang ibu tikus pun menjawab, "Ooo ..., itu kelelawar namanya ...."
Si anak tikus pun bertanya lagi, "Kok wajahnya mirip kita?"
Sang ibu menjawab, "Sebenarnya kelelawar itu masih sebangsa dengan kita ..., tapi dia ambil jurusan penerbangan...!!!"
Anak tikus melihat seekor kelelawar terbang di atasnya dan kemudian bertanya pada ibu tikus.
"Ibu, apa itu yang di atas?"
Sang ibu tikus pun menjawab, "Ooo ..., itu kelelawar namanya ...."
Si anak tikus pun bertanya lagi, "Kok wajahnya mirip kita?"
Sang ibu menjawab, "Sebenarnya kelelawar itu masih sebangsa dengan kita ..., tapi dia ambil jurusan penerbangan...!!!"
Harimau Bertemu Kucing
Di sebuah Kebun Binatang terlihat seekor Harimau besar tengah mengaum dahsyat, ketika itu tiba-tiba ia melihat seekor Kucing.
Sang Harimau mengejek jahat : "Hei kucing, badanmu kok kecil sekali!"
"Oh, aku baru saja sembuh dari sakit parah," jawab kucing memelas.
Harimau : "Wah, kalau kamu nggak sakit, segede aku kali badannya ya!?"
Sang Harimau mengejek jahat : "Hei kucing, badanmu kok kecil sekali!"
"Oh, aku baru saja sembuh dari sakit parah," jawab kucing memelas.
Harimau : "Wah, kalau kamu nggak sakit, segede aku kali badannya ya!?"
Memeriksakan Penyakit Ayam
Seorang ibu merasa cemas dengan keadaan ayam peliharaan kesayangannya sekarang yang tak seperti biasa. Maka pergilah dia berkonsultasi dengan seorang dokter hewan ahli pakar dibidang penyakit ayam.
Prof. : "Ada yang bisa saya bantu bu?"
Ibu : "Begini dok, hari ini ayam saya tidak seperti biasanya. Biasanya dia selalu ceria, berlari, mencari makanan, kejar-kejaran dan sebagainya. Kenapa Tapi hari ini ayam saya sangat lain. Kira-kira ayam saya kena penyakit apa ya dok?"
Prof : "O.. begitu ya... baiklah... saya akan periksa tapi sebelumnya saya perlu tau kondisi ayam ibu sekarang ini seperti apa?"
Ibu : "Sekarang ayam saya hanya diam saja, tidak mau berlari dan kakinya keatas"
Prof : "Baiklah bu.. saya akan diagnosa penyakit yang di derita ayam ibu, besok ibu bisa datang kemari lagi."
Maka pulanglah si ibu. Dan keesokan harinya si ibu datang kembali dan menanyakan hasil penelitian dokter.
Ibu : "Bagaimana prof. apakah penyakit ayam saya sudah diketahui?"
Prof: "Hmm... setelah saya selidiki dan melihat kondisi ayam ibu maka saya mengambil keputusan bahwa ayam ibu telah MATI!"
Ibu langsung pingsan.
Prof. : "Ada yang bisa saya bantu bu?"
Ibu : "Begini dok, hari ini ayam saya tidak seperti biasanya. Biasanya dia selalu ceria, berlari, mencari makanan, kejar-kejaran dan sebagainya. Kenapa Tapi hari ini ayam saya sangat lain. Kira-kira ayam saya kena penyakit apa ya dok?"
Prof : "O.. begitu ya... baiklah... saya akan periksa tapi sebelumnya saya perlu tau kondisi ayam ibu sekarang ini seperti apa?"
Ibu : "Sekarang ayam saya hanya diam saja, tidak mau berlari dan kakinya keatas"
Prof : "Baiklah bu.. saya akan diagnosa penyakit yang di derita ayam ibu, besok ibu bisa datang kemari lagi."
Maka pulanglah si ibu. Dan keesokan harinya si ibu datang kembali dan menanyakan hasil penelitian dokter.
Ibu : "Bagaimana prof. apakah penyakit ayam saya sudah diketahui?"
Prof: "Hmm... setelah saya selidiki dan melihat kondisi ayam ibu maka saya mengambil keputusan bahwa ayam ibu telah MATI!"
Ibu langsung pingsan.
MELIHAT ANAK ZEBRA
eekor anak Kuda di kebun binatang bertanya pada induknya sambil menunjuk ke kandang Zebra.
Anak Kuda : "Mak kenapa anak Kuda disana kok belang-belang, sedangkan aku nggak?"
Induk Kuda : "Oh, itu pasti karena bapaknya hidung belang."
Anak Kuda : "Mak kenapa anak Kuda disana kok belang-belang, sedangkan aku nggak?"
Induk Kuda : "Oh, itu pasti karena bapaknya hidung belang."
KISAH AYAM BANGKOK & AYA KAMPUNG
Seekor ayam kampung dijual oleh pemiliknya ke pasar di kota untuk membeli sembako. Di pasar ayam tersebut dibeli oleh orang yang memiliki ayam bangkok jantan yang gagah. Ayam kampumg tadi akan dijadikan bibit karena bodynya bongsor dan bagus. Sesampainya di rumah, ayam kampung tadi dilepaskan di pekarangan belakang rumah yang luas.
Tiba tiba ayam bangkok jantan berlari kencang mendekati ayam kampung tadi. Ayam kampung yang baru saja dilepas kaget dan lari secepat-cepatnya. Dia lompat ke pagar, si jantan ikut lompat. Dia lompat ke jendela, si jantan pun lompat juga. Aksi kejar mengejar terus berlangsung sampai akhirnya si ayam kampung sempat melihat tumpukan kayu dan segera masuk kedalamnya. Maka selamatlah dia.
Si ayam jantan sambil terengah-engah berteriak : "Kurang ajar, dasar kampungan!!!, keluar kau!!"
Ayam kampung : "Biarin! memang saya ayam kampung!!!"
Tiba tiba ayam bangkok jantan berlari kencang mendekati ayam kampung tadi. Ayam kampung yang baru saja dilepas kaget dan lari secepat-cepatnya. Dia lompat ke pagar, si jantan ikut lompat. Dia lompat ke jendela, si jantan pun lompat juga. Aksi kejar mengejar terus berlangsung sampai akhirnya si ayam kampung sempat melihat tumpukan kayu dan segera masuk kedalamnya. Maka selamatlah dia.
Si ayam jantan sambil terengah-engah berteriak : "Kurang ajar, dasar kampungan!!!, keluar kau!!"
Ayam kampung : "Biarin! memang saya ayam kampung!!!"
PANTUN GIGI PALSU
Ikan gabus di rawa-rawa
Ikan belut nyangkut di jaring
Perutku sakit menahan tawa
Gigi palsu loncat ke piring
Ikan belut nyangkut di jaring
Perutku sakit menahan tawa
Gigi palsu loncat ke piring
PANTUN NGOMPOL
Bunga mawar tangkai berduri
Laris manis pedang cendol
Aku tersenyum malu sekali
Ingat dulu suka mengompol
Laris manis pedang cendol
Aku tersenyum malu sekali
Ingat dulu suka mengompol
PRESIDEN YANG ANEH
Suatu hari seorang presiden sebuah negara pergi melihat pameran lukisan-lukisan.
Karena saat itu beliau mengalami sakit mata dan penglihatannya kabur, maka ia mengajak satu ajudannya ut menuntunnya.
Presiden : “Wah, lukisan ini bagus. Gambar ikannya bener-bener hidup.”
Ajudan: “Shttt… Jangan keras-keras Pak. Itu gambar buaya.”
Kemudian mereka berpindah ke lukisan lain.
Presiden: “Gambar Gajah ini benar- benar gagah.”
Ajudan: “Shttt… Ojo keras-keras Pak. Itu gambar banteng.”
Presiden itu kemudian menahan diri memberi komentar sampai ia tiba pada satu pojok ruang pameran dia berseru:
“Wah, sing iki apik tenan. Lukisan Gorila nya begitu nyata anatominya.”
Ajudannya langsung tertegun dan berkata:
“Pssttt…. Jangan keras-keras Pak. Itu cermin!”
Karena saat itu beliau mengalami sakit mata dan penglihatannya kabur, maka ia mengajak satu ajudannya ut menuntunnya.
Presiden : “Wah, lukisan ini bagus. Gambar ikannya bener-bener hidup.”
Ajudan: “Shttt… Jangan keras-keras Pak. Itu gambar buaya.”
Kemudian mereka berpindah ke lukisan lain.
Presiden: “Gambar Gajah ini benar- benar gagah.”
Ajudan: “Shttt… Ojo keras-keras Pak. Itu gambar banteng.”
Presiden itu kemudian menahan diri memberi komentar sampai ia tiba pada satu pojok ruang pameran dia berseru:
“Wah, sing iki apik tenan. Lukisan Gorila nya begitu nyata anatominya.”
Ajudannya langsung tertegun dan berkata:
“Pssttt…. Jangan keras-keras Pak. Itu cermin!”
SAYA BERSEDIA APA SAJA YG BAPAK MAU
Seorang mahasiswi seksi yang terancam gagal ujian mendatangi kantor dosennya yang masih muda. Dia melirik ke sekililingnya sebentar, menutup pintunya, dan langsung berlutut di hadapan sang dosen sambil memohon.
“Pak Dosen, Saya bersedia melakukan apapun juga agar lulus ujian….”, ujarnya sambil melirik genit.
Lalu sang mahasiswi mendekat ke arah dosennya, menyibakkab rambutnya, menatap matanya penuh arti. “Kalau Bapak masih belum mengerti maksud saya…” bisiknya, “Saya bersedia melakukan apapun, apa saja yang Bapak mau…”
Dosen muda tadi membalas tatapannya, “Apapun?”
“Apapun!”, jawab sang mahasiswi secepatnya.
Suara dosen itu melembut, “Apapun?”
“Apapun….”
Akhirnya Pak dosen berbisik, “Maukah kamu……… belajar?”
“Pak Dosen, Saya bersedia melakukan apapun juga agar lulus ujian….”, ujarnya sambil melirik genit.
Lalu sang mahasiswi mendekat ke arah dosennya, menyibakkab rambutnya, menatap matanya penuh arti. “Kalau Bapak masih belum mengerti maksud saya…” bisiknya, “Saya bersedia melakukan apapun, apa saja yang Bapak mau…”
Dosen muda tadi membalas tatapannya, “Apapun?”
“Apapun!”, jawab sang mahasiswi secepatnya.
Suara dosen itu melembut, “Apapun?”
“Apapun….”
Akhirnya Pak dosen berbisik, “Maukah kamu……… belajar?”
EYANG KAKUNG
Yank, gi aPa?
daH maEm LoM?
JangaN Lupa MaEm,
nTr kLo sakiT gMn?
saDr doNkz Yank...
EyaNg kakuNg kN uDah Tua
daH maEm LoM?
JangaN Lupa MaEm,
nTr kLo sakiT gMn?
saDr doNkz Yank...
EyaNg kakuNg kN uDah Tua
MBANGUNIN SAHUR
enin : Syuting
Selasa : wawancara
Rabu : Pemotretan
Kamis : Nge MC
Jumat : Rekaman
Sabtu : Jumpa Fans
Minggu : Weekend deh
Itulah kegiatan sehari - hari meskipun jadwalku padat tapi aku masih ingat buat bangunin kamu untuk makan sahur makanya jangan bilang aku selebritis yang sombong yach…
Selasa : wawancara
Rabu : Pemotretan
Kamis : Nge MC
Jumat : Rekaman
Sabtu : Jumpa Fans
Minggu : Weekend deh
Itulah kegiatan sehari - hari meskipun jadwalku padat tapi aku masih ingat buat bangunin kamu untuk makan sahur makanya jangan bilang aku selebritis yang sombong yach…
UMUR
ada temenku naksir kamu dia tanya brp umurmu??
aku bilang
dari cara berpakaian seperti 19tahun
dari kulit seperti 17tahun
senyum seperti 18tahun
muka seperti 16tahun jadi total=70 tahun!
brarti tua yach hehehe
aku bilang
dari cara berpakaian seperti 19tahun
dari kulit seperti 17tahun
senyum seperti 18tahun
muka seperti 16tahun jadi total=70 tahun!
brarti tua yach hehehe
HARI APES BHS JAWA
KAOS KU bolong
PACAR KU dicolong wong
AKU DIWEDENI pocong
MLAYU kejeglong
MLAKU MIDAK teletong
OALAH SAIKI SMS KU DIWOCO grandong
PACAR KU dicolong wong
AKU DIWEDENI pocong
MLAYU kejeglong
MLAKU MIDAK teletong
OALAH SAIKI SMS KU DIWOCO grandong
UCAPAN SLAMAT ULTAH
orang bilang
mawar itu rajanya bunga
mercy itu rajanya mobil
emas itu rajanya logam
dan kamu itu rajanya.......
tega...... koq ga traktir aku ulang tahun sich????? btw happy b'day ya
mawar itu rajanya bunga
mercy itu rajanya mobil
emas itu rajanya logam
dan kamu itu rajanya.......
tega...... koq ga traktir aku ulang tahun sich????? btw happy b'day ya
CINTA MONYET
Mata : Untuk melihatMu
Tangan : Untuk menyentuhMu
Pikiran : Unuk mengingatMu
Hati : Unuk merindukanMu
Kaki : Untuk menendangmu...
Kalu lu lupain gua. hha.
Tangan : Untuk menyentuhMu
Pikiran : Unuk mengingatMu
Hati : Unuk merindukanMu
Kaki : Untuk menendangmu...
Kalu lu lupain gua. hha.
ANAK DALAM CELANA
uatu ketika di pemberhentian sebuah Bis, naiklah seorang Ibu muda yang tengah hamil kurang lebih 5 bulan...
Namun Ibu muda ini merasa agak kesal setelah naik Bis tsb. karena Bis telah penuh...namun tiba2 ia punya ide >gmna klo dia minta kursi sama seorang Pemuda tanggung yg ada di dekatnya<
kemudian ia berkata kepada pemuda tsb.
" Boleh ga saya minta tempat duduknya Mas? kalo cuma saya sih ga apa2, tapi Anak dalam perut nie kasihan!!" katanya dengan agak manja dan sedikit memelas...
"Ehhhmmm" gumam si Pemuda tsb sambil berdiri memberikan tempat duduknya kepada si Ibu muda
tak lama kemudian Pemuda ini sambil berdiri dekat Si ibu muda menyalakan rokoknya. alhasil perbuatannya menuai protes dari si ibu muda
"Boleh ga Rokoknya dimatikan? kalo cuma saya sih ga apa2, tapi Anak dalam perut nie kasihan!!"
Dengan muka masam Pemuda tsb kembali memenuhi permintaan Si ibu muda ini sambil menggerutu dalam hati (uuuuggh sudah dikasih tempat duduk, ngelarang orang ngerokok lagi)gumamnya.
Tiba-tiba bis berhenti mendadak berhenti membuat seluruh penumpang tersentak & kaget termasuk Pemuda dan ibu muda yg sedang dalam cerita ini, gkgkgkgk
Saking tersentaknya si ibu muda tersebut sampai2 Daster yang ia pakai tersingkap hingga bagian pangkal pahanya. si pemuda meliat hal itu sebagai ajang balas dendam dengan berkata
Mbak, boleh gak tuh paha ditutupin!kalo cuma saya sih ga apa2, tapi Anak dalam celana nie kasihan!!"
**&7^^%$$#@!!##$$$%%^%^^%&(&))((*&%^%#$$!@!!@
"RD"
Namun Ibu muda ini merasa agak kesal setelah naik Bis tsb. karena Bis telah penuh...namun tiba2 ia punya ide >gmna klo dia minta kursi sama seorang Pemuda tanggung yg ada di dekatnya<
kemudian ia berkata kepada pemuda tsb.
" Boleh ga saya minta tempat duduknya Mas? kalo cuma saya sih ga apa2, tapi Anak dalam perut nie kasihan!!" katanya dengan agak manja dan sedikit memelas...
"Ehhhmmm" gumam si Pemuda tsb sambil berdiri memberikan tempat duduknya kepada si Ibu muda
tak lama kemudian Pemuda ini sambil berdiri dekat Si ibu muda menyalakan rokoknya. alhasil perbuatannya menuai protes dari si ibu muda
"Boleh ga Rokoknya dimatikan? kalo cuma saya sih ga apa2, tapi Anak dalam perut nie kasihan!!"
Dengan muka masam Pemuda tsb kembali memenuhi permintaan Si ibu muda ini sambil menggerutu dalam hati (uuuuggh sudah dikasih tempat duduk, ngelarang orang ngerokok lagi)gumamnya.
Tiba-tiba bis berhenti mendadak berhenti membuat seluruh penumpang tersentak & kaget termasuk Pemuda dan ibu muda yg sedang dalam cerita ini, gkgkgkgk
Saking tersentaknya si ibu muda tersebut sampai2 Daster yang ia pakai tersingkap hingga bagian pangkal pahanya. si pemuda meliat hal itu sebagai ajang balas dendam dengan berkata
Mbak, boleh gak tuh paha ditutupin!kalo cuma saya sih ga apa2, tapi Anak dalam celana nie kasihan!!"
**&7^^%$$#@!!##$$$%%^%^^%&(&))((*&%^%#$$!@!!@
"RD"
HARI MINGGU YG MELELAHKAN
Hari minggu yang membosankan, pagi-pagi udah ditelp temanku minta jemput. Padahal udah dibilangin tadi malam klo bensin kuk habis. Eh di telp malah nyolot buat nyari bensin, yang bener adja bu jam 5 pagi mana ada tukang bensin yang buka. Aduch cpek dweah,,,Hari minggu yang membosankan sebenarnya, mana cucian numpuk. Sebenarnya sich udah direndam kemaren, pi masih malas buat nyucinya. Ya udah direndam satu hari sampai ngembang dulu baru dicuci, kan enak tuch nodanya udah pada minggat semua jadi tinggal di kucek sedikit trus dibilas biar sabun and nodanya ngilang. Tenang adja kan pakai ***** Anti Noda and Anti Apek jadi dijamin cucian bisa bersih tanpa apek and nggak perlu susah-susah nyucinya cos nodanya udah pada mabur entah kemana hehehe.Cucian beres istirahat sejenak sambil nonton film kartun, perut rada raper pi malas makan (Sebenarnya bukan malas makan dasar emank nggak ada duit hiks hiks aduch sedih hatiku). Eh jogja malah hujan wah payah banget alamat nggak kering cucianku hari ini, mana bajuku udah pada kotor semua. (Adakah yang mau aku titip jemuran atau pinjemin aku baju)Dari pada iseng nggak ada kerjaan, saatnya kembali kealam mimpi. ,,,,, (tanda ada sms masuk) Malas banget mau buka hp felling ku pasti buruk. "Boy, lu ada acara nggak? Futsal yu, ntar aku yang bayarin uang lhu. Cos gw yakin lu nggak ada duit" Sms agus (masih ingat nggak? itu tuch yang waktu itu ngasih tahu gw salah ruangan waktu quis)."Hahaha tahu adja lu boy, mank jam brp? Pi jemput di kos ya. Bensin gw limit and sekalian gw pinjem uang mu dulu" Balas gw secepat kilat, maklum dah lama nggak futsal.,,,,,"Wah payah lu, udah ditraktir futsal malah minjem + minta jemput lagi. Gazwat banget ni anak""Uda klo nolong nggak usah setengah-setengah nggak baik untuk kesehatan. Ok bos, gw mau mandi dulu. Ntar klo mau kekos sms adja",,,,, "Terserah kamu lah, ya dah ntar aku sms klo otw kekos mu"====================================================================================================================Singkat cerita tiba dilapangan futsal, seperti biasa posisi ku adalah GK alias Gunung Kelud nggak becanda Goal Keeper, walau sebelumnya aku berposisi back kanan, gara-gara nggak ada kiper cadangan waktu SMA ya udah dweah aku yang ditempatkan sebagai kiper dan sampai sekarang seperti itu. Enjoy the game, nggak ap-ap lah yang penting senang.Wah gila lumayan capek, walau cuma jadi kiper aku sering iseng maju kedepan pas ada korner, lumayan bisa cetak satu gol nggak usah banyak-banyak yang penting bikin gol itu misi ku hahaha. Tapi, terjadi sesuatu yang tidak enak untuk dipandang mata (Wow what it's?) aku tabrakan sama teman ku, gila sakit banget. Dasar Be Young Care Rock (ayo ada yang bisa ngartiin nggak?), pas aku mau nangkep bola eh dia bukannya lompat malah maju terus pantang mundur, ya sudahlah tulang dengan tulang pun beradu, maklum sama-sama kurus.Aduh... kaki ku sakit banget, mana tangan rasanya nyeri. Wah ini mah menciderai teman sendiri pikirku, tapi nggak ap-ap lah namaya juga just a game. Sakit sich tapi nggak boleh marah, kan nggak sengaja, iya nggak? Terpaksa deh aku berhenti sebelum habis waktu, nggak tahan je sakitnya. Sedih,,, bukan karena sakit atau nggak bisa main lagi. Pi nggak bisa denger suara cheleader (bener nggak tulisannya) yang nyebut nama ku waktu nyelametin gawang dari kebobolan (hehehe, gimana nggak semangat diliatin cewek soalnya mana ada yang cantik lagi. Makin tebar pesona lah)Permainan pun berakhir, meski kaki masih senut-senut kaya digigit semut 1000 ekor (Klo cuma seekor nggak berasa, coba bayangin adja kalo digigit 1000 ekor semut), aku tetap mencoba untuk bisa berjalan (alah ma jang, kaya parah kali kaki kau itu). Eh anak yang tabrakan sama aku tadi tiba-tiba ngalangin jalan ku, wah ngajakin berantem ap ni anak nggak tahu ap kalo kaki ku sakit gara-gara dia."Eh kamu tri y!" tanya dia ketus"Iya, ada apa boy?" Jawabku singkat"Tanya lagi, nggak tahu ap kaki ku sakit gara-gara tadi"Enak adja lu bilang nggak tahu, mank kaki ku nggak sakit juga, gumanku dalam hati. "Mank kaki ku nggak sakit! Trus mau kamu ap!" Jawabku emosi"Emmmmmm""Ngajakin berantem kamu?" Tanyaku dengan emosi memotong omongan dia."Wah, nyantai bos. Ni kaki udah sakit klo berantem bakalan tambah parah, ok gw minta maaf tapi ada syaratnya."Wah ni anak belagu banget, masa minta maaf pakai acara ngasih syarat? Nggak sekalian minta tanda tangan Rt, Rw, Lurah, Camat, Bupati, Menteri atau nggak Presiden sekalian. Gumanku dengan emosi. "Mank mau kamu ap?""Lu harus mau ikut gw""Kmn!!!""Gw mau traktir lu, sbg tanda minta maaf gw, mau nggak"Wah traktir, bagaikan hujan ditanah yang kering. Gila adja aku nolak, duit boke gini mau nolak, sorry banget ya. "Wah, klo itu mah nggak usah diragukan lagi gw setuju. Napa nggak bilang dari tadi" Jawabku dengan meringis."Sorry boy gw cuman becanda, cos kata Agus lu anaknya emosian makanya iseng gw pancing, hehhehe sory y boy""Iya nggak ap, nyantai adja fren. Jadi malu aku, udah nyolot eh malah ditraktir ujung-ujungnya. wah daser lho Gus, untung belum pakai acara brantem" Jawabku sambil jitak kepala agus, "Nyantai adja bos, ayo cabut keburu protes ntar cacing dalam perut""Ok bos" Secepat kilat aku ngambil tas dan bergegas keparkiran (wah seneng banget, walau kaki rada encok yang penting dapat traktiran hehhehe happy happy happy)Hari yang indah, udah main futsal gratis, Agus minjemin gw duit eh malah dapat traktiran dari Sonny teman baru gw walau harus merelakan kaki ku diitempelin sama balsem panas. Terima kasih ya Allah untuk hari ini, semoga besok lebih indah hehehe.
LUCU????
Humor terbaru Humor Anak Bodoh Sekolah. Punya adik cowok yang masih sekolah ? sebodoh inikah adikmu ?
Suatu hari, Budi yang baru pulang sekolah berbincang-bincang sembari bertanya kepada ibunya:
Budi: Bu, Kalau warna putih tuh artinya apa se?
Ibu:Warnaputih itu artinya suci!
Budi: Hmmm, gitu ya? kalau warna Hitam!
Ibu: Wew, hitam? ga ada artinya sih! Tapi kalo hitam itu keren n macho abis!
Budi: Ow!Kalo Merah gimana bu?
Ibu: Kalo merah gak diragukan lagi! Artinya Berani!!!
Budi: he3x berarti Budi Berani dong bu?
Ibu: Lah kok?
Budi: Nih Raport Budi semuanya Merah! hahahhaa….
Ibu: !@#$%^&*(-+=6%$%
Suatu hari, Budi yang baru pulang sekolah berbincang-bincang sembari bertanya kepada ibunya:
Budi: Bu, Kalau warna putih tuh artinya apa se?
Ibu:Warnaputih itu artinya suci!
Budi: Hmmm, gitu ya? kalau warna Hitam!
Ibu: Wew, hitam? ga ada artinya sih! Tapi kalo hitam itu keren n macho abis!
Budi: Ow!Kalo Merah gimana bu?
Ibu: Kalo merah gak diragukan lagi! Artinya Berani!!!
Budi: he3x berarti Budi Berani dong bu?
Ibu: Lah kok?
Budi: Nih Raport Budi semuanya Merah! hahahhaa….
Ibu: !@#$%^&*(-+=6%$%
DUA ORANG SAHABAT
Dua orang sahabat, Hasan dan Aji. Mereka berdua berteman sejak kecil, selalu bermain, dan belajar bersama, tetapi saat beranjak dewasa kedua sahabat ini mempunyai pemikiran yang berbeda
“ Sudah tentu uang adalah yang terpenting di dunia. “ Kata Aji dengan tegas
“ Tidak Aji,Cinta kasihlah yang paling penting, dan berharga. “ Tentang Hasan
“ Bodoh kamu San, kalau ada uang tentu Cinta dan kasih kita dapatkan. “ Kata Aji lagi tidak mau kalah
“ Tapi Ji, uang tidak dapat membeli Cinta ataupun kasih. Kedua hal itu tidak bisa dibeli. “
“ Ah sudahlah aku capek berdebat denganmu, 5 tahun lagi akan kubuktikan kalau uang dapat membeli semuanya termasuk cinta . “
Keduanyapun berpisah, dan masing – masing membuka usaha sendiri. Aji memutuskan membuka sebuah usaha peminjaman uang dengan bunga, sedang Hasan melihat pendidikan di kotanya sangat kurang, terutama anak – anak yang tidak mampus sangat susah untuk mendapatkan pendidikan, maka Hasan menggunakan seluruh hartanya untuk membuka sekolah murah, bahkan untuk anak – anak yangh tidak mampu, Hasan tidak menarik bayaran.
Usaha Aji berkembang pesat, ia meminjamkan uangnya dan menarik bunga tinggi dari pinjaman yang diberikan. Aji pintar bermulut manis menarik korbannya yang mau meminjam uang
“ Dengan pinjaman uang ini Pak, tentu usaha Bapak akan bertambah lancer, apalagi bunga yang kuberikan ini kecil. Dan kalau usaha Bapak besar tentu bunga sekecil ini tidaklah susah untuk dibayar “ Goda Aji kepada calon pelanggannya
“ Kan pesta kawin anak Bapak cumin sekali , perlu dirayakan seistimewa mungkin, tapi tidak perlu kawatir dengan biayanya, kami juga menyediakan fasilitas bunga ringan untuk keperluan – keperluan seperti itu, dan bayangkan Pak anak Bapak pasti senang sekali dengan hadiah pesta yang meriah . “ Mulut manis
Begitulah cara Aji mendapatkan pelanggannya. Orang – orang yang meminjam kepada Aji banyak yang tidak sadar akan bunga yang harus mereka bayar, karena mereka kebanyakan termakan bujuk rayu Aji, dan tidak membaca surat perjanjian dan selalu masa bodoh dengan besar bunga yang diberikan, dan akhirnya saat waktu jatuh tempo, kebanyakan orang yang meminjam uang pada Aji tidak dapat melunasi pinjamannya, dan akibatnya harta jaminan mereka disita oleh Aji. Aji pun semakin kaya dan terus mengembangkan usahanyaDi lain pihak Hasan membuka sekolah murah, keadaannya jauh dari keadaan Aji. Sekolah yang dibuka Hasan memang mempunyai banyak murid, tapi kebanyakan adalah anak – anak tidak mampu, sehingga sekolah Hasan kekurangan pemasukan. Untung Hasan mendapat bantuan dari beberapa rekan guru yang bersedia mengajar dengan gaji sangat rendah, semua itu hanya karena guru – guru itu cinta terhadap kota mereka.
5 tahun berlalu, usaha Aji sudah berkembang demikian pesat, bahkan ia sudah menjadi seorang tuan tanah dikota kelahirannya. Semua kekayaan itu membuat dia disegani juga dibenci olah masyarakat. Sifatnya yang egois, dan tidak jujur membuat banyak orang membencinya, tapi ia tidak peduli. Dia ingat kalau dalam 5 tahun ia akan menunjukan pada temannya Hasan bahwa uang dapat membeli segalanya
“ Aku sudah kaya, semua bisa aku beli, rumah, tanah, bahkan yang namanya cinta aku juga beli hahaha. “ Aji tertawa didalam hatinya
“ Istriku cantik, dan anggun semua itu bisa kudapat karena aku kaya, coba kalau aku tidak kaya, sudah tentu dia tidak akan mau sama aku, jelas semua yang Hasan katakana itu omong kosong, katanya cinta tidak bisa dibeli, akan kuperlihatkan istriku yang cantik yang cintanya aku beli menggunakan uang , dan semua kemewahan yang membuatnya tergila –g ila padaku. “ Aji berniat memamerkan semua kekayaan dan keberhasilannya ke Hasan.
5 tahun tidak berhubungan membuat Aji kehilangan kontak, tapi tidak sulit dia mendapatkan info keberadaan Hasan yang masih satu kota dengannya, dia mempunyai banyak pegawai dan semua info mudah ia dapatkan, maka segera dia menuju ke rumah Hasan bersama istrinya yang cantik. Tidak susah menemukan tempat tinggal Hasan, ia tinggal di sekolah yang didirikannya. Aji segera memakirkan mobilnya, istrinya enggan ikutan karena tempat itu jalannya kotor
“ Gak mau ah, nanti bajuku kotor, inikan baju mahal. “ Tolak istrinya
“ Halah kalau kotor tinggal beli yang baru, ayo ikut , aku mau kasih liat si Hasan kalau istriku itu yang paling cantik, ayolah nanti aku belikan yang lebih mahal. “ Rayu AjiMendengar akan dibelikan baju yang lebih mahal sang istri pun langsung setuju. Hasan yang sedang menyapu diluar langsung meyadari kedatangan Aji, ia masih mengenali Aji walau sudah 5 tahun tidak bertemu, dan segera berlari menemui Aji
“ Halo kawan lama, bagaimana kabarmu?? “ Sambut Hasan gembira
“ Baik – baik saja San, gimana dengan kamu? Aku lihat hidupmu agak susah . “ Sindir AjiHasan tertawa kecil
“ Ya beginilah kawan, sekolahku memang tidak bertujuan mencari keuntungan, yang penting para murid rajin, dan lulus saya sudah puas. “ Kata Hasan
“ Oh ya sebentar aku panggilkan istriku, Marniiiii!!! Sini ada teman lamaku dating. “ Teriak Hasan
“ Hampir lupa ayo masuk Ji, aku tinggal didalam . “ Ajak Hasan, kemudian Hasan melirik ke Maria istri Aji
“ Oh dia istriku San, hamper lupa, kenalkan namanya Maria. “ Aji memperkenalkan istrinya, kemudian mereka masuk ke rumah Hasan, disana istri Hasan Marni sudah menanti, kemudian Hasan memperkenalkan kepada Aji , dan Maria
“ Hmm istrinya biasa aja, hah mana bisa menandingin istriku yang cantik ini. “ Pikir Aji, bibirnya tersenyum kecil penuh rasa kemenangan.
“ Kamu lihat kan San, aku punya uang dan dari uang aku mendapatkan semuanya, istri yang cantik , rumah besar, kemewahan semua aku dapat. Sekarang kamu mengakuikan kalau uang itu yang paling penting. “
“ Memang semua yang kamu katakana itu bisa didapat karena uang yang kamu punya, tapi kamu tidak akan mebeli cinta, kasih dengan semua uang itu Aji, dan uang juga tidak bisa member kebahagiaan. Aku mungkin tidak punya uang, tapi aku mendapatkan cinta dari istriku, kasih dari para rekan – rekanku, juga semua muridku, semua itu membuat aku bahagia walau hidup sederhana seperti ini. “ Kata Aji sambill melihat istrinya, ia meminta istrinya untuk mengajak Maria berkeliling, karena ia tahu kalau dia dan Aji akan berbicara serius, Marnipun mengerti keinginan suaminya, dan ia mengajak Maria untuk melihat – lihat sekolah. Awalnya Maria menolak tapi Aji menyuruh, Mariapun mengikuti Marni
“ Bah semua yang kamu katakana itu teori San, tapi kalo prakteknya , nihh disini liat aku. “ Kata Aji menunjuk dirinya
“ Apa kamu bahagia? “ Tanya Hasan singkat
Aji jadi kagok saat ditanya begitu, semestinya dengan semua yang dia punya ia pasti merasa bahagia paling gak dia merasa begitu tapi kenyataannya tidak demikian, walau begitu Aji tidak mau mengakuinya
“ Ten..tentu saja aku bahagia, hidupku senang, istriku cantik semua bisa aku dapatkan kurang apalagi?. “
“ Aji aku mendengar banyak sekali kabar buruk tentangmu, tentang kamu yang curang, kejam, dan masih banyak lagi, apa benar kamu melakukan segalanya untuk uang?”
“ Halah mereka berkata begitu karena iri saja, siapa suruh mereka ceroboh tidak membaca surat utangnya, kan bukan salahku, dan kalau mereka gagal membayar wajar donk kalau aku menyita harta mereka. “ Aji membela diri
“ Ah sudahlah dengan semua yang aku punya , semua yang bisa aku dapatkan dengan uang kamu masih juga tidak mengakui kalau uanglah yang terpenting. “ Hardik Aji, Hasan hanya diam, tidak lama
Aji juga pamit, Hasanpun tidak menahannya.
Itulah terakhir kali kedua sahabat itu bertemu, setelah itu Aji masih tetap seperti dulu setia dengan pendapatnya kalau uang itu segalanya, ia menyimpang semua uangnya didalam rumah, tapi naas bagi Aji rumahnya dibobol maling yang ternyata bekerja sama dengan satpam yang bekerja dengannya, walau pencurian itu gagal karena kepergok Aji , tapi sejak itu Aji menjadi waspada, ia tidak mempercayai siapapun, setiap hari ia kawatir apakah uangnya aman? Apakah pegawainya setia? Mungkin selama ini dia telah ditipu sama pegawainya? Semua kekawatiran menimpa Aji, istrinya Maria walaupun melihat Aji yang selalu kawatir juga tidak berusaha menenangkan, asik menikmati semua kemewahan yang diberikan Aji. Setiap hari, setiap saat perasaan takut, dan kawatir menyerang Aji dan akhirnya ia jatuh sakit parah, penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dokter terbaikpun menyerah
“ Tolonglah dok, berapapun akan aku bayar, asal dokter dapat menyembuhkan aku. “ Aji memohon pada dokternya, tapi dokter itu menyerah, banyak dokter yang dijumpai Aji, tapi semua berkata sama
“ Penyakit ini dari pikiran tuan, tidak ada yang bisa saya lakukan. “Malang nasib Aji, sampai akhir ia tidak menyadari kalau semua uang yang dimilikinya malah membuatnya sakit dan menderita, pikirannya menjadi tidak tenang.
Nasib Hasan berbeda, walau hidupnya sederhana, ia dikeliling orang yang mengasihi dan mencintainya, ia melalui hidupnya dengan perasaan senang dan bahagia setiap hari. Berbagai masalah dating tapi dengan dukungan orang – orang di dekatnya, semua masalh itu dapat teratasi. Setiap hari melalui hari – harinya dengan canda tawa walau hidupnya sederhana. Memang uang itu penting, hamper bisa membeli semuanya tai tidak segala – galanya, kesehatan, cinta, kebahagiaan banyak hal yang tidak bisa dibeli oleh uang.
“ Sudah tentu uang adalah yang terpenting di dunia. “ Kata Aji dengan tegas
“ Tidak Aji,Cinta kasihlah yang paling penting, dan berharga. “ Tentang Hasan
“ Bodoh kamu San, kalau ada uang tentu Cinta dan kasih kita dapatkan. “ Kata Aji lagi tidak mau kalah
“ Tapi Ji, uang tidak dapat membeli Cinta ataupun kasih. Kedua hal itu tidak bisa dibeli. “
“ Ah sudahlah aku capek berdebat denganmu, 5 tahun lagi akan kubuktikan kalau uang dapat membeli semuanya termasuk cinta . “
Keduanyapun berpisah, dan masing – masing membuka usaha sendiri. Aji memutuskan membuka sebuah usaha peminjaman uang dengan bunga, sedang Hasan melihat pendidikan di kotanya sangat kurang, terutama anak – anak yang tidak mampus sangat susah untuk mendapatkan pendidikan, maka Hasan menggunakan seluruh hartanya untuk membuka sekolah murah, bahkan untuk anak – anak yangh tidak mampu, Hasan tidak menarik bayaran.
Usaha Aji berkembang pesat, ia meminjamkan uangnya dan menarik bunga tinggi dari pinjaman yang diberikan. Aji pintar bermulut manis menarik korbannya yang mau meminjam uang
“ Dengan pinjaman uang ini Pak, tentu usaha Bapak akan bertambah lancer, apalagi bunga yang kuberikan ini kecil. Dan kalau usaha Bapak besar tentu bunga sekecil ini tidaklah susah untuk dibayar “ Goda Aji kepada calon pelanggannya
“ Kan pesta kawin anak Bapak cumin sekali , perlu dirayakan seistimewa mungkin, tapi tidak perlu kawatir dengan biayanya, kami juga menyediakan fasilitas bunga ringan untuk keperluan – keperluan seperti itu, dan bayangkan Pak anak Bapak pasti senang sekali dengan hadiah pesta yang meriah . “ Mulut manis
Begitulah cara Aji mendapatkan pelanggannya. Orang – orang yang meminjam kepada Aji banyak yang tidak sadar akan bunga yang harus mereka bayar, karena mereka kebanyakan termakan bujuk rayu Aji, dan tidak membaca surat perjanjian dan selalu masa bodoh dengan besar bunga yang diberikan, dan akhirnya saat waktu jatuh tempo, kebanyakan orang yang meminjam uang pada Aji tidak dapat melunasi pinjamannya, dan akibatnya harta jaminan mereka disita oleh Aji. Aji pun semakin kaya dan terus mengembangkan usahanyaDi lain pihak Hasan membuka sekolah murah, keadaannya jauh dari keadaan Aji. Sekolah yang dibuka Hasan memang mempunyai banyak murid, tapi kebanyakan adalah anak – anak tidak mampu, sehingga sekolah Hasan kekurangan pemasukan. Untung Hasan mendapat bantuan dari beberapa rekan guru yang bersedia mengajar dengan gaji sangat rendah, semua itu hanya karena guru – guru itu cinta terhadap kota mereka.
5 tahun berlalu, usaha Aji sudah berkembang demikian pesat, bahkan ia sudah menjadi seorang tuan tanah dikota kelahirannya. Semua kekayaan itu membuat dia disegani juga dibenci olah masyarakat. Sifatnya yang egois, dan tidak jujur membuat banyak orang membencinya, tapi ia tidak peduli. Dia ingat kalau dalam 5 tahun ia akan menunjukan pada temannya Hasan bahwa uang dapat membeli segalanya
“ Aku sudah kaya, semua bisa aku beli, rumah, tanah, bahkan yang namanya cinta aku juga beli hahaha. “ Aji tertawa didalam hatinya
“ Istriku cantik, dan anggun semua itu bisa kudapat karena aku kaya, coba kalau aku tidak kaya, sudah tentu dia tidak akan mau sama aku, jelas semua yang Hasan katakana itu omong kosong, katanya cinta tidak bisa dibeli, akan kuperlihatkan istriku yang cantik yang cintanya aku beli menggunakan uang , dan semua kemewahan yang membuatnya tergila –g ila padaku. “ Aji berniat memamerkan semua kekayaan dan keberhasilannya ke Hasan.
5 tahun tidak berhubungan membuat Aji kehilangan kontak, tapi tidak sulit dia mendapatkan info keberadaan Hasan yang masih satu kota dengannya, dia mempunyai banyak pegawai dan semua info mudah ia dapatkan, maka segera dia menuju ke rumah Hasan bersama istrinya yang cantik. Tidak susah menemukan tempat tinggal Hasan, ia tinggal di sekolah yang didirikannya. Aji segera memakirkan mobilnya, istrinya enggan ikutan karena tempat itu jalannya kotor
“ Gak mau ah, nanti bajuku kotor, inikan baju mahal. “ Tolak istrinya
“ Halah kalau kotor tinggal beli yang baru, ayo ikut , aku mau kasih liat si Hasan kalau istriku itu yang paling cantik, ayolah nanti aku belikan yang lebih mahal. “ Rayu AjiMendengar akan dibelikan baju yang lebih mahal sang istri pun langsung setuju. Hasan yang sedang menyapu diluar langsung meyadari kedatangan Aji, ia masih mengenali Aji walau sudah 5 tahun tidak bertemu, dan segera berlari menemui Aji
“ Halo kawan lama, bagaimana kabarmu?? “ Sambut Hasan gembira
“ Baik – baik saja San, gimana dengan kamu? Aku lihat hidupmu agak susah . “ Sindir AjiHasan tertawa kecil
“ Ya beginilah kawan, sekolahku memang tidak bertujuan mencari keuntungan, yang penting para murid rajin, dan lulus saya sudah puas. “ Kata Hasan
“ Oh ya sebentar aku panggilkan istriku, Marniiiii!!! Sini ada teman lamaku dating. “ Teriak Hasan
“ Hampir lupa ayo masuk Ji, aku tinggal didalam . “ Ajak Hasan, kemudian Hasan melirik ke Maria istri Aji
“ Oh dia istriku San, hamper lupa, kenalkan namanya Maria. “ Aji memperkenalkan istrinya, kemudian mereka masuk ke rumah Hasan, disana istri Hasan Marni sudah menanti, kemudian Hasan memperkenalkan kepada Aji , dan Maria
“ Hmm istrinya biasa aja, hah mana bisa menandingin istriku yang cantik ini. “ Pikir Aji, bibirnya tersenyum kecil penuh rasa kemenangan.
“ Kamu lihat kan San, aku punya uang dan dari uang aku mendapatkan semuanya, istri yang cantik , rumah besar, kemewahan semua aku dapat. Sekarang kamu mengakuikan kalau uang itu yang paling penting. “
“ Memang semua yang kamu katakana itu bisa didapat karena uang yang kamu punya, tapi kamu tidak akan mebeli cinta, kasih dengan semua uang itu Aji, dan uang juga tidak bisa member kebahagiaan. Aku mungkin tidak punya uang, tapi aku mendapatkan cinta dari istriku, kasih dari para rekan – rekanku, juga semua muridku, semua itu membuat aku bahagia walau hidup sederhana seperti ini. “ Kata Aji sambill melihat istrinya, ia meminta istrinya untuk mengajak Maria berkeliling, karena ia tahu kalau dia dan Aji akan berbicara serius, Marnipun mengerti keinginan suaminya, dan ia mengajak Maria untuk melihat – lihat sekolah. Awalnya Maria menolak tapi Aji menyuruh, Mariapun mengikuti Marni
“ Bah semua yang kamu katakana itu teori San, tapi kalo prakteknya , nihh disini liat aku. “ Kata Aji menunjuk dirinya
“ Apa kamu bahagia? “ Tanya Hasan singkat
Aji jadi kagok saat ditanya begitu, semestinya dengan semua yang dia punya ia pasti merasa bahagia paling gak dia merasa begitu tapi kenyataannya tidak demikian, walau begitu Aji tidak mau mengakuinya
“ Ten..tentu saja aku bahagia, hidupku senang, istriku cantik semua bisa aku dapatkan kurang apalagi?. “
“ Aji aku mendengar banyak sekali kabar buruk tentangmu, tentang kamu yang curang, kejam, dan masih banyak lagi, apa benar kamu melakukan segalanya untuk uang?”
“ Halah mereka berkata begitu karena iri saja, siapa suruh mereka ceroboh tidak membaca surat utangnya, kan bukan salahku, dan kalau mereka gagal membayar wajar donk kalau aku menyita harta mereka. “ Aji membela diri
“ Ah sudahlah dengan semua yang aku punya , semua yang bisa aku dapatkan dengan uang kamu masih juga tidak mengakui kalau uanglah yang terpenting. “ Hardik Aji, Hasan hanya diam, tidak lama
Aji juga pamit, Hasanpun tidak menahannya.
Itulah terakhir kali kedua sahabat itu bertemu, setelah itu Aji masih tetap seperti dulu setia dengan pendapatnya kalau uang itu segalanya, ia menyimpang semua uangnya didalam rumah, tapi naas bagi Aji rumahnya dibobol maling yang ternyata bekerja sama dengan satpam yang bekerja dengannya, walau pencurian itu gagal karena kepergok Aji , tapi sejak itu Aji menjadi waspada, ia tidak mempercayai siapapun, setiap hari ia kawatir apakah uangnya aman? Apakah pegawainya setia? Mungkin selama ini dia telah ditipu sama pegawainya? Semua kekawatiran menimpa Aji, istrinya Maria walaupun melihat Aji yang selalu kawatir juga tidak berusaha menenangkan, asik menikmati semua kemewahan yang diberikan Aji. Setiap hari, setiap saat perasaan takut, dan kawatir menyerang Aji dan akhirnya ia jatuh sakit parah, penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dokter terbaikpun menyerah
“ Tolonglah dok, berapapun akan aku bayar, asal dokter dapat menyembuhkan aku. “ Aji memohon pada dokternya, tapi dokter itu menyerah, banyak dokter yang dijumpai Aji, tapi semua berkata sama
“ Penyakit ini dari pikiran tuan, tidak ada yang bisa saya lakukan. “Malang nasib Aji, sampai akhir ia tidak menyadari kalau semua uang yang dimilikinya malah membuatnya sakit dan menderita, pikirannya menjadi tidak tenang.
Nasib Hasan berbeda, walau hidupnya sederhana, ia dikeliling orang yang mengasihi dan mencintainya, ia melalui hidupnya dengan perasaan senang dan bahagia setiap hari. Berbagai masalah dating tapi dengan dukungan orang – orang di dekatnya, semua masalh itu dapat teratasi. Setiap hari melalui hari – harinya dengan canda tawa walau hidupnya sederhana. Memang uang itu penting, hamper bisa membeli semuanya tai tidak segala – galanya, kesehatan, cinta, kebahagiaan banyak hal yang tidak bisa dibeli oleh uang.
SUATU SORE DI BAWAH TIANG BENDERA
Keringat mengalir deras di tubuhnya yang hitam. Butiran-butiran putih tersebut menggelinding seperti air hujan yang terhempas pada batu hitam mengkilat. Terik matahari tidak di pedulikannya, hatinya yang hangus lebih tersiksa dari jasadnya yang kini bermandikan panas matahari. Seandainya ia perempuan, pasti ia juga akan menangis, tapi ia laki-laki. Laki-laki yang sudah biasa terhempas, disudutkan keadaan, di tikam kenyataan yang pahit. Perjuangannya tiga tahun ini berujung pada kekecewaan yang sangat menggoncangkan jiwanya. Dua buah kata berbunyi “Tidak Lulus” yang tertulis di kertas pengumuman kemaren menghanyutkan puing-puing harapannya selama ini.
PERADILAN RAKYAT
Cerpen Putu Wijaya
Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.
"Tapi aku datang tidak sebagai putramu," kata pengacara muda itu, "aku datang ke mari sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang kacau ini."
Pengacara tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.
"Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?"
Pengacara muda tertegun. "Ayahanda bertanya kepadaku?"
"Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung
tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini."
Pengacara muda itu tersenyum.
"Baik, kalau begitu, Anda mengerti maksudku."
"Tentu saja. Aku juga pernah muda seperti kamu. Dan aku juga berani, kalau perlu kurang ajar. Aku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya. Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar negeri bukan? Mereka menyebutku Singa Lapar. Aku memang tidak pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di negeri ini. Kamu bisa banyak belajar dari buku itu."
Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisa-sisa keperkasaannya masih terasa.
"Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri."
Pengacara tua itu meringis.
"Aku suka kau menyebut dirimu aku dan memanggilku kau. Berarti kita bisa bicara sungguh-sungguh sebagai profesional, Pemburu Keadilan."
"Itu semua juga tidak lepas dari hasil gemblenganmu yang tidak kenal ampun!"
Pengacara tua itu tertawa.
"Kau sudah mulai lagi dengan puji-pujianmu!" potong pengacara tua.
Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada kekeliruannya lalu minta maaf.
"Tidak apa. Jangan surut. Katakan saja apa yang hendak kamu katakan," sambung pengacara tua menenangkan, sembari mengangkat tangan, menikmati juga pujian itu, "jangan membatasi dirimu sendiri. Jangan membunuh diri dengan diskripsi-diskripsi yang akan menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara alam, karena kamu sangat diperlukan oleh bangsamu ini."
Pengacara muda diam beberapa lama untuk merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya dengan lebih tenang.
"Aku datang kemari ingin mendengar suaramu. Aku mau berdialog."
"Baik. Mulailah. Berbicaralah sebebas-bebasnya."
"Terima kasih. Begini. Belum lama ini negara menugaskan aku untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Pihak keluarga pun datang dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, bahwa pada akhirnya negara cukup adil, karena memberikan seorang pembela kelas satu untuk mereka. Tetapi aku tolak mentah-mentah. Kenapa? Karena aku yakin, negara tidak benar-benar menugaskan aku untuk membelanya. Negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada kebangkitan baru. Penjahat yang paling kejam, sudah diberikan seorang pembela yang perkasa seperti Mike Tyson, itu bukan istilahku, aku pinjam dari apa yang diobral para pengamat keadilan di koran untuk semua sepak-terjangku, sebab aku selalu berhasil memenangkan semua perkara yang aku tangani.
Aku ingin berkata tidak kepada negara, karena pencarian keadilan tak boleh menjadi sebuah teater, tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin danbeku. Tapi negara terus juga mendesak dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. Di situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa alasan. Lalu aku melakukan investigasi yang mendalam dan kutemukan faktanya. Walhasil, kesimpulanku, negara sudah memainkan sandiwara. Negara ingin menunjukkan kepada rakyat dan dunia, bahwa kejahatan dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara tetap dapat menjebloskan bangsat itu sampai ke titik terakhirnya hukuman tembak mati, walaupun sudah dibela oleh tim pembela seperti aku, maka negara akan mendapatkan kemenangan ganda, karena kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan bersih, karena aku yang menjadi jaminannya. Negara hendak menjadikan aku sebagai pecundang. Dan itulah yang aku tentang.
Negara harusnya percaya bahwa menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang bersih, sebagaimana yang sudah Anda lakukan selama ini."
Pengacara muda itu berhenti sebentar untuk memberikan waktu pengacara senior itu menyimak. Kemudian ia melanjutkan.
"Tapi aku datang kemari bukan untuk minta pertimbanganmu, apakah keputusanku untuk menolak itu tepat atau tidak. Aku datang kemari karena setelah negara menerima baik penolakanku, bajingan itu sendiri datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan hormat supaya aku bersedia untuk membelanya."
"Lalu kamu terima?" potong pengacara tua itu tiba-tiba.
Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap pengacara tua itu dengan heran.
"Bagaimana Anda tahu?"
Pengacara tua mengelus jenggotnya dan mengangkat matanya melihat ke tempat yang jauh. Sebentar saja, tapi seakan ia sudah mengarungi jarak ribuan kilometer. Sambil menghela napas kemudian ia berkata: "Sebab aku kenal siapa kamu."
Pengacara muda sekarang menarik napas panjang.
"Ya aku menerimanya, sebab aku seorang profesional. Sebagai seorang pengacara aku tidak bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan kewajibanku sebagai pembela. Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang membutuhkan keahlianku untuk membantu pengadilan menjalankan proses peradilan sehingga tercapai keputusan yang seadil-adilnya."
Pengacara tua mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
"Jadi itu yang ingin kamu tanyakan?"
"Antara lain."
"Kalau begitu kau sudah mendapatkan jawabanku."
Pengacara muda tertegun. Ia menatap, mencoba mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang tua itu.
"Jadi langkahku sudah benar?"
Orang tua itu kembali mengelus janggutnya.
"Jangan dulu mempersoalkan kebenaran. Tapi kau telah menunjukkan dirimu sebagai profesional. Kau tolak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu tidak hanya ada usaha pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar dalam profesimu sebagai ahli hukum, tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan politik. Namun, tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah kau terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai profesional kau tak bisa menolak mereka yang minta tolong agar kamu membelanya dari praktik-praktik pengadilan yang kotor untuk menemukan keadilan yang paling tepat. Asal semua itu dilakukannya tanpa ancaman dan tanpa sogokan uang! Kau tidak membelanya karena ketakutan, bukan?"
"Tidak! Sama sekali tidak!"
"Bukan juga karena uang?!"
"Bukan!"
"Lalu karena apa?"
Pengacara muda itu tersenyum.
"Karena aku akan membelanya."
"Supaya dia menang?"
"Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. Yang ada hanya usaha untuk mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan masalah lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting. Demi memuliakan proses itulah, aku menerimanya sebagai klienku."
Pengacara tua termenung.
"Apa jawabanku salah?"
Orang tua itu menggeleng.
"Seperti yang kamu katakan tadi, salah atau benar juga tidak menjadi persoalan. Hanya ada kemungkinan kalau kamu membelanya, kamu akan berhasil keluar sebagai pemenang."
"Jangan meremehkan jaksa-jaksa yang diangkat oleh negara. Aku dengar sebuah tim yang sangat tangguh akan diturunkan."
"Tapi kamu akan menang."
"Perkaranya saja belum mulai, bagaimana bisa tahu aku akan menang."
"Sudah bertahun-tahun aku hidup sebagai pengacara. Keputusan sudah bisa dibaca walaupun sidang belum mulai. Bukan karena materi perkara itu, tetapi karena soal-soal sampingan. Kamu terlalu besar untuk kalah saat ini."
Pengacara muda itu tertawa kecil.
"Itu pujian atau peringatan?"
"Pujian."
"Asal Anda jujur saja."
"Aku jujur."
"Betul?"
"Betul!"
Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Yang tua memicingkan matanya dan mulai menembak lagi.
"Tapi kamu menerima membela penjahat itu, bukan karena takut, bukan?"
"Bukan! Kenapa mesti takut?!"
"Mereka tidak mengancam kamu?"
"Mengacam bagaimana?"
"Jumlah uang yang terlalu besar, pada akhirnya juga adalah sebuah ancaman. Dia tidak memberikan angka-angka?"
"Tidak."
Pengacara tua itu terkejut.
"Sama sekali tak dibicarakan berapa mereka akan membayarmu?"
"Tidak."
"Wah! Itu tidak profesional!"
Pengacara muda itu tertawa.
"Aku tak pernah mencari uang dari kesusahan orang!"
"Tapi bagaimana kalau dia sampai menang?"
Pengacara muda itu terdiam.
"Bagaimana kalau dia sampai menang?"
"Negara akan mendapat pelajaran penting. Jangan main-main dengan kejahatan!"
"Jadi kamu akan memenangkan perkara itu?"
Pengacara muda itu tak menjawab.
"Berarti ya!"
"Ya. Aku akan memenangkannya dan aku akan menang!"
Orang tua itu terkejut. Ia merebahkan tubuhnya bersandar. Kedua tangannya mengurut dada. Ketika yang muda hendak bicara lagi, ia mengangkat tangannya.
"Tak usah kamu ulangi lagi, bahwa kamu melakukan itu bukan karena takut, bukan karena kamu disogok."
"Betul. Ia minta tolong, tanpa ancaman dan tanpa sogokan. Aku tidak takut."
"Dan kamu menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau perlindungan balik kelak kalau kamu perlukan, juga bukan karena kamu ingin memburu publikasi dan bintang-bintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci negaramu, bukan?"
"Betul."
"Kalau begitu, pulanglah anak muda. Tak perlu kamu bimbang.
Keputusanmu sudah tepat. Menegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai tuduhan, seakan-akan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengejaran keadilan dan kebenaran. Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, kalau kamu mampu terus mendengarkan suara hati nuranimu sebagai penegak hukum yang profesional."
Pengacara muda itu ingin menjawab, tetapi pengacara tua tidak memberikan kesempatan.
"Aku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia."
Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah dan kesakitan.
"Pulanglah sekarang. Laksanakan tugasmu sebagai seorang profesional."
"Tapi..."
Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.
"Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam."
Entah karena luluh oleh senyum di bibir wanita yang memiliki mata yang sangat indah itu, pengacara muda itu tak mampu lagi menolak. Ia memandang sekali lagi orang tua itu dengan segala hormat dan cintanya. Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga wanita itu, agar suaranya jangan sampai membangunkan orang tua itu dan berbisik.
"Katakan kepada ayahanda, bahwa bukti-bukti yang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit dan lemah. Peradilan ini terlalu tergesa-gesa. Aku akan memenangkan perkara ini dan itu berarti akan membebaskan bajingan yang ditakuti dan dikutuk oleh seluruh rakyat di negeri ini untuk terbang lepas kembali seperti burung di udara. Dan semoga itu akan membuat negeri kita ini menjadi lebih dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita akan menjadi bangsa yang lalai."
Apa yang dibisikkan pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu tertawa terkekeh-kekeh. Ia merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.
Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.
"Setelah kau datang sebagai seorang pengacara muda yang gemilang dan meminta aku berbicara sebagai profesional, anakku," rintihnya dengan amat sedih, "Aku terus membuka pintu dan mengharapkan kau datang lagi kepadaku sebagai seorang putra. Bukankah sudah aku ingatkan, aku rindu kepada putraku. Lupakah kamu bahwa kamu bukan saja seorang profesional, tetapi juga seorang putra dari ayahmu. Tak inginkah kau mendengar apa kata seorang ayah kepada putranya, kalau berhadapan dengan sebuah perkara, di mana seorang penjahat besar yang terbebaskan akan menyulut peradilan rakyat seperti bencana yang melanda negeri kita sekarang ini?" ***
Cirendeu 1-3-03
Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.
"Tapi aku datang tidak sebagai putramu," kata pengacara muda itu, "aku datang ke mari sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang kacau ini."
Pengacara tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.
"Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?"
Pengacara muda tertegun. "Ayahanda bertanya kepadaku?"
"Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung
tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini."
Pengacara muda itu tersenyum.
"Baik, kalau begitu, Anda mengerti maksudku."
"Tentu saja. Aku juga pernah muda seperti kamu. Dan aku juga berani, kalau perlu kurang ajar. Aku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya. Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar negeri bukan? Mereka menyebutku Singa Lapar. Aku memang tidak pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di negeri ini. Kamu bisa banyak belajar dari buku itu."
Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisa-sisa keperkasaannya masih terasa.
"Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri."
Pengacara tua itu meringis.
"Aku suka kau menyebut dirimu aku dan memanggilku kau. Berarti kita bisa bicara sungguh-sungguh sebagai profesional, Pemburu Keadilan."
"Itu semua juga tidak lepas dari hasil gemblenganmu yang tidak kenal ampun!"
Pengacara tua itu tertawa.
"Kau sudah mulai lagi dengan puji-pujianmu!" potong pengacara tua.
Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada kekeliruannya lalu minta maaf.
"Tidak apa. Jangan surut. Katakan saja apa yang hendak kamu katakan," sambung pengacara tua menenangkan, sembari mengangkat tangan, menikmati juga pujian itu, "jangan membatasi dirimu sendiri. Jangan membunuh diri dengan diskripsi-diskripsi yang akan menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara alam, karena kamu sangat diperlukan oleh bangsamu ini."
Pengacara muda diam beberapa lama untuk merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya dengan lebih tenang.
"Aku datang kemari ingin mendengar suaramu. Aku mau berdialog."
"Baik. Mulailah. Berbicaralah sebebas-bebasnya."
"Terima kasih. Begini. Belum lama ini negara menugaskan aku untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Pihak keluarga pun datang dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, bahwa pada akhirnya negara cukup adil, karena memberikan seorang pembela kelas satu untuk mereka. Tetapi aku tolak mentah-mentah. Kenapa? Karena aku yakin, negara tidak benar-benar menugaskan aku untuk membelanya. Negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada kebangkitan baru. Penjahat yang paling kejam, sudah diberikan seorang pembela yang perkasa seperti Mike Tyson, itu bukan istilahku, aku pinjam dari apa yang diobral para pengamat keadilan di koran untuk semua sepak-terjangku, sebab aku selalu berhasil memenangkan semua perkara yang aku tangani.
Aku ingin berkata tidak kepada negara, karena pencarian keadilan tak boleh menjadi sebuah teater, tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin danbeku. Tapi negara terus juga mendesak dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. Di situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa alasan. Lalu aku melakukan investigasi yang mendalam dan kutemukan faktanya. Walhasil, kesimpulanku, negara sudah memainkan sandiwara. Negara ingin menunjukkan kepada rakyat dan dunia, bahwa kejahatan dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara tetap dapat menjebloskan bangsat itu sampai ke titik terakhirnya hukuman tembak mati, walaupun sudah dibela oleh tim pembela seperti aku, maka negara akan mendapatkan kemenangan ganda, karena kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan bersih, karena aku yang menjadi jaminannya. Negara hendak menjadikan aku sebagai pecundang. Dan itulah yang aku tentang.
Negara harusnya percaya bahwa menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang bersih, sebagaimana yang sudah Anda lakukan selama ini."
Pengacara muda itu berhenti sebentar untuk memberikan waktu pengacara senior itu menyimak. Kemudian ia melanjutkan.
"Tapi aku datang kemari bukan untuk minta pertimbanganmu, apakah keputusanku untuk menolak itu tepat atau tidak. Aku datang kemari karena setelah negara menerima baik penolakanku, bajingan itu sendiri datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan hormat supaya aku bersedia untuk membelanya."
"Lalu kamu terima?" potong pengacara tua itu tiba-tiba.
Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap pengacara tua itu dengan heran.
"Bagaimana Anda tahu?"
Pengacara tua mengelus jenggotnya dan mengangkat matanya melihat ke tempat yang jauh. Sebentar saja, tapi seakan ia sudah mengarungi jarak ribuan kilometer. Sambil menghela napas kemudian ia berkata: "Sebab aku kenal siapa kamu."
Pengacara muda sekarang menarik napas panjang.
"Ya aku menerimanya, sebab aku seorang profesional. Sebagai seorang pengacara aku tidak bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan kewajibanku sebagai pembela. Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang membutuhkan keahlianku untuk membantu pengadilan menjalankan proses peradilan sehingga tercapai keputusan yang seadil-adilnya."
Pengacara tua mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
"Jadi itu yang ingin kamu tanyakan?"
"Antara lain."
"Kalau begitu kau sudah mendapatkan jawabanku."
Pengacara muda tertegun. Ia menatap, mencoba mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang tua itu.
"Jadi langkahku sudah benar?"
Orang tua itu kembali mengelus janggutnya.
"Jangan dulu mempersoalkan kebenaran. Tapi kau telah menunjukkan dirimu sebagai profesional. Kau tolak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu tidak hanya ada usaha pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar dalam profesimu sebagai ahli hukum, tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan politik. Namun, tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah kau terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai profesional kau tak bisa menolak mereka yang minta tolong agar kamu membelanya dari praktik-praktik pengadilan yang kotor untuk menemukan keadilan yang paling tepat. Asal semua itu dilakukannya tanpa ancaman dan tanpa sogokan uang! Kau tidak membelanya karena ketakutan, bukan?"
"Tidak! Sama sekali tidak!"
"Bukan juga karena uang?!"
"Bukan!"
"Lalu karena apa?"
Pengacara muda itu tersenyum.
"Karena aku akan membelanya."
"Supaya dia menang?"
"Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. Yang ada hanya usaha untuk mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan masalah lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting. Demi memuliakan proses itulah, aku menerimanya sebagai klienku."
Pengacara tua termenung.
"Apa jawabanku salah?"
Orang tua itu menggeleng.
"Seperti yang kamu katakan tadi, salah atau benar juga tidak menjadi persoalan. Hanya ada kemungkinan kalau kamu membelanya, kamu akan berhasil keluar sebagai pemenang."
"Jangan meremehkan jaksa-jaksa yang diangkat oleh negara. Aku dengar sebuah tim yang sangat tangguh akan diturunkan."
"Tapi kamu akan menang."
"Perkaranya saja belum mulai, bagaimana bisa tahu aku akan menang."
"Sudah bertahun-tahun aku hidup sebagai pengacara. Keputusan sudah bisa dibaca walaupun sidang belum mulai. Bukan karena materi perkara itu, tetapi karena soal-soal sampingan. Kamu terlalu besar untuk kalah saat ini."
Pengacara muda itu tertawa kecil.
"Itu pujian atau peringatan?"
"Pujian."
"Asal Anda jujur saja."
"Aku jujur."
"Betul?"
"Betul!"
Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Yang tua memicingkan matanya dan mulai menembak lagi.
"Tapi kamu menerima membela penjahat itu, bukan karena takut, bukan?"
"Bukan! Kenapa mesti takut?!"
"Mereka tidak mengancam kamu?"
"Mengacam bagaimana?"
"Jumlah uang yang terlalu besar, pada akhirnya juga adalah sebuah ancaman. Dia tidak memberikan angka-angka?"
"Tidak."
Pengacara tua itu terkejut.
"Sama sekali tak dibicarakan berapa mereka akan membayarmu?"
"Tidak."
"Wah! Itu tidak profesional!"
Pengacara muda itu tertawa.
"Aku tak pernah mencari uang dari kesusahan orang!"
"Tapi bagaimana kalau dia sampai menang?"
Pengacara muda itu terdiam.
"Bagaimana kalau dia sampai menang?"
"Negara akan mendapat pelajaran penting. Jangan main-main dengan kejahatan!"
"Jadi kamu akan memenangkan perkara itu?"
Pengacara muda itu tak menjawab.
"Berarti ya!"
"Ya. Aku akan memenangkannya dan aku akan menang!"
Orang tua itu terkejut. Ia merebahkan tubuhnya bersandar. Kedua tangannya mengurut dada. Ketika yang muda hendak bicara lagi, ia mengangkat tangannya.
"Tak usah kamu ulangi lagi, bahwa kamu melakukan itu bukan karena takut, bukan karena kamu disogok."
"Betul. Ia minta tolong, tanpa ancaman dan tanpa sogokan. Aku tidak takut."
"Dan kamu menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau perlindungan balik kelak kalau kamu perlukan, juga bukan karena kamu ingin memburu publikasi dan bintang-bintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci negaramu, bukan?"
"Betul."
"Kalau begitu, pulanglah anak muda. Tak perlu kamu bimbang.
Keputusanmu sudah tepat. Menegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai tuduhan, seakan-akan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengejaran keadilan dan kebenaran. Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, kalau kamu mampu terus mendengarkan suara hati nuranimu sebagai penegak hukum yang profesional."
Pengacara muda itu ingin menjawab, tetapi pengacara tua tidak memberikan kesempatan.
"Aku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia."
Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah dan kesakitan.
"Pulanglah sekarang. Laksanakan tugasmu sebagai seorang profesional."
"Tapi..."
Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.
"Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam."
Entah karena luluh oleh senyum di bibir wanita yang memiliki mata yang sangat indah itu, pengacara muda itu tak mampu lagi menolak. Ia memandang sekali lagi orang tua itu dengan segala hormat dan cintanya. Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga wanita itu, agar suaranya jangan sampai membangunkan orang tua itu dan berbisik.
"Katakan kepada ayahanda, bahwa bukti-bukti yang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit dan lemah. Peradilan ini terlalu tergesa-gesa. Aku akan memenangkan perkara ini dan itu berarti akan membebaskan bajingan yang ditakuti dan dikutuk oleh seluruh rakyat di negeri ini untuk terbang lepas kembali seperti burung di udara. Dan semoga itu akan membuat negeri kita ini menjadi lebih dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita akan menjadi bangsa yang lalai."
Apa yang dibisikkan pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu tertawa terkekeh-kekeh. Ia merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.
Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.
"Setelah kau datang sebagai seorang pengacara muda yang gemilang dan meminta aku berbicara sebagai profesional, anakku," rintihnya dengan amat sedih, "Aku terus membuka pintu dan mengharapkan kau datang lagi kepadaku sebagai seorang putra. Bukankah sudah aku ingatkan, aku rindu kepada putraku. Lupakah kamu bahwa kamu bukan saja seorang profesional, tetapi juga seorang putra dari ayahmu. Tak inginkah kau mendengar apa kata seorang ayah kepada putranya, kalau berhadapan dengan sebuah perkara, di mana seorang penjahat besar yang terbebaskan akan menyulut peradilan rakyat seperti bencana yang melanda negeri kita sekarang ini?" ***
Cirendeu 1-3-03
penari bali
Kamis, 13 Mei 2010
senjata khas bali
lukisan bali
BALI
Langganan:
Postingan (Atom)